Sabtu, 28 Februari 2015

naspul skripsi


NASKAH PUBLIKASI


HUBUNGAN  PENGETAHUAN  IBU TENTANG IMUNISASI DPT DENGAN PENANGANAN DEMAM PASCA-IMUNISASI DPT PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALIWEN KABUPATEN BELU



Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan









Oleh
YULMIRA MARIA TISEL
KP.P.12.00066




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA  
2014

 





NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DPT DENGAN PENANGANAN DEMAM PASCA-IMUNISASI DPT PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALIWEN KABUPATEN BELU
Disusun oleh:
Yulmira Maria Tisel
KP.P.12.00066
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 Februari 2014

Penguji I                                                       
Ns, Sulistyawati, M.Kep., Sp.Kep.An.
Penguji II                  
Anida, S.Kep., Ns.
Penguji III
Nunuk Sri Purwanti, S.Kp., M.Kes.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan S-1
Patria Asda, S.Kep., Ns., M.P.H.
THE RELATIONSHIP BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE ABOUT IMMUNIZATION DPT WITH HANDLING FEVER ON INFANT POST IMMUNIZATION DPT IN WORK AREA COMMUNITY HEALTH  CENTERS of HALIWEN, BELU DISTRICT

Yulmira M. Tisel 1, Sulistiyawati 2, Anida 3

ABSTRACT

Background: One of the Millenium Development Goal’s is to reduce infant mortality and under-five mortality by immunization. One type of immunization that may be given to infants aged 2-11 months is a DPT immunization. East Nusa Tenggara province in 2011 based health profile data there are some diseases that can be prevented by immunization including 2 cases of tetanus, and measles were 169 cases. DPT immunization in infants may occur side effects such as fever.
Objective: To determine the relationship between mothers' knowledge of DPT immunization with the handling of fever post DPT immunization in infants in the community health centers of Haliwen Belu.
Methods: This study was conducted in the village health center Manumutin Haliwen Belu against 95 respondents with proportionate stratified random sampling technique, the cross-sectional approach. Bivariate correlation analysis using Chi-Square test.
Results: Results showed mothers' knowledge of DPT immunization in enough categories 46.3%. Handling fever post DPT immunization in infants showed 61.1% in the right category. Results of statistical tests known value of X2 count of 30.197 with a significance value of 0.000.
Conclusion: There is significant correlation between mothers' knowledge of DPT immunization with fever post DPT handling at the community health centers of Haliwen, Belu distric.
 
Keywords: maternal knowledge, handling of fever post DPT immunization.

1Students Nursing Science Program High School of Science
 Health Wira Husada Yogyakarta
2Lecturer College of Health Sciences Bethesda Yakkum Yogyakarta
3Lecturer College of Health Sciences Wira Husada Yogyakarta

PENDAHULUAN
Pembangunan milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) mempunyai delapan tujuan, salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi dan kematian balita. Salah satu cara yang ditempuh untuk dapat mencapai tujuan MDGs  tersebut adalah dengan  pemberian imunisasi1. Imunisasi  merupakan salah satu kegiatan yang mendapatkan prioritas dalam sistem kesehatan nasional yang bertujuan untuk melindungi bayi dan balita dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti tuberculosis (TBC), difteri, pertusis, tetanus dan campak.
Jumlah kasus difteri di dunia pada tahun 2012 sebanyak 4.480 kasus, tetanus 4.412 kasus dan pertusis sebanyak 162.047 kasus. Persentase cakupan imunisasi DPT 1 di indonesia pada tahun 2012 sebesar 86% sedangkan cakupan DPT 3 sebesar 63%2. Persentase imunisasi di Indonesia berdasarkan jenis imunisasi dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu BCG 77,9%, campak 74,4%, polio 4, 66,7%, dan DPT-HB 3, 61,9%. Indonesia pada tahun 2012, ditemukan  jumlah kasus difteri 189 kasus, tetanus 158 kasus dan kasus pertusis tidak ada3.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan cakupan imunisasi. Pengetahuan adalah hasil tahu dari pengamatan indera yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek tertentu secara terus-menerus. Pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi DPT untuk memberikan kekebalan pada anak terhadap penyakit difteri, pertusis dan

tetanus yang baik atau cukup meliputi  Imunisasi DPT mulai diberikan pada bayi usia 2 bulan dengan penyuntikan pada daerah paha atau lengan atas, serta penanganan efek samping setelah imunisasi seperti pemberian kompres hangat pada anak yang demam dan memberikan pakaian yang tipis akan sangat mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan imunisasi DPT pada anaknya dan mempengaruhi tindakan ibu untuk mengatasi demam pasca-imunisasi yang timbul. Pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan vaksinasi seperti anak yang sakit flu tidak boleh diberikan imunisasi, kepercayaan atau anggapan yang salah tentang imunisasi seperti tidak boleh memberikan ASI setelah imunisasi, sesudah imunisasi anak tidak akan tertular penyakit tersebut menjadi faktor ketidaktepatan pemberian imunisasi sesuai jadwalnya4.
Pemberian imunisasi DPT dimaksudkan agar dapat memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT terdiri dari toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid yang terlebih dahulu dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya jika disuntikan ke dalam tubuh manusia5. Efek samping imunisasi adalah gejala yang sering menyertai imunisasi, pemberian imunisasi DPT menimbulkan efek samping ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan serta demam. Efek samping berat bayi menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang dan syok4.
Penanganan yang tepat pada bayi atau anak yang mengalami demam pasca-imunisasi DPT adalah memberikan pakaian yang tipis, tetap memberikan minum lebih banyak bila masih mendapatkan air susu ibu (ASI) berikan ASI lebih sering, bekas suntikan yang sakit dan bengkak dapat diberikan kompres hangat dan memberikan paracetamol  15mg/KgBB setiap 3-4 jam maksimal 6 kali dalam 24 jam. Penanganan demam pasca-imunisasi yang tidak tepat akan mengakibatkan bayi mengalami demam yang lebih lama dan ketakutan pada orang tua untuk melanjutkan pemberian imunisasi DPT ulangan yang dapat berakibat anak rentan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Secara tidak langsung akan menyebabkan ketidak lengkapan pemberian imunisasi pada bayi serta tidak tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi6.
Hasil  wawancara dengan ibu-ibu yang memiliki bayi  di Kelurahan Manumutin 125 bayi dari 448 bayi yang telah mendapatkan imunisasi DPT terdapat 21 bayi (16,8%)  yang mengalami demam setelah imunisasi, 10 orang ibu (47,6%) mengatakan untuk menurunkan bengkak pada bekas suntikan imunisasi diberikan kunyahan daun-daun/buah sirih, 8 orang ibu (38,1%) mengatakan anaknya yang demam tidak dimandikan dan dipakaikan selimut dan jaket serta tidak dibawa keluar dari rumah, 3 orang ibu (14,3%) mengatakan tidak melakukan apa-apa untuk munurunkan demam anaknya. Dari 21 bayi yang demam, 8 orang ibu (38%) yang menolak untuk memberikan imunisasi ulangan pada bayinya di bulan berikutnya karena ibu takut bayinya demam lagi, sedangkan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus bayi memerlukan imunisasi DPT sebanyak 3 kali. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini kuantitatif dengan rancangan observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah melakukan pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan penyebaran kuesioner untuk dianalisis7. Pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dan variabel penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu diamati sekaligus pada waktu yang bersamaan8.
Hasil Penelitian
1.    Karakteristik responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas  Haliwen Kabupaten Belu pada Bulan September 2013, (n=95)
No
Karakteristik
F
%
1
Umur

< 20 tahun
  4,0
  4,2

20-25 tahun
34,0
35,8

26-30 tahun
51,0
53,7

>30 tahun
  6,0
 6,3
2
Pendidikan

Tidak Sekolah
  0,0
  0,0

SD
31,0
32,6

SMP
32,0
33,7

SMA
26,0
27,4

DIPLOMA
  6,0
  6,3

Total
95,0
        100,0
Lanjutan Tabel 1
No
Karakteristik
F
%
3
Jumlah anak yang dimiliki

1 orang
26,0
27,4

2 orang
33,0
34,7

3 orang
20,0
21,1

>4 orang
16,0
16,8
4
Umur bayi yang dimiliki

2-4 bulan
75,0
79,0

5-7 bulan
20,0
21,0

8-10 bulan
 0,0
  0,0

>11 bulan
 0,0
  0,0
5
Status Imunisasi DPT

DPT 1
36,0
37,9

DPT 2
25,0
26,3

DPT 3
34,0
35,8
Total
95,0
          100,0
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden memiliki umur antara 26-30 tahun yaitu sebanyak 51 orang (53,7%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan diperoleh hasil yaitu sebanyak 32 orang (33,7%) memiliki pendidikan SMP. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki ibu diperoleh hasil mayoritas responden memiliki anak sebanyak 2 orang yaitu 33 responden (34,7%). Untuk karakteristik umur bayi yang dimiliki responden diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki bayi berumur 2-4 bulan sebanyak 75 orang (79%). Karaktersitik responden berdasarkan status imunisasi DPT bayi diperoleh hasil sebagian besar responden memiliki bayi dengan status imunisasi DPT 1 sebanyak 36 orang (37,9%).

2.    Pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu pada Bulan September 2013, (n=95)
Pengetahuan
F
%
Baik
Cukup
Kurang
34,0
44,0
17,0
35,8
46,3
17,9
Total
95,0
            100,0
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT termasuk kategori cukup yaitu sebesar 44 orang (46,3%), kategori baik sebesar 34 orang (35,8%) dan kategori kurang 17 orang (17,9%).
3.    Penanganan demam pasca-imunisasi DPT
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Penanganan Demam Pasca-imunisasi DPT  pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu pada Bulan September 2013 (n=95)
Penanganan Demam
f
%
Tepat
Tidak tepat
58,0
37,0
61,1
38,9
Jumlah
95,0
          100,0
Sumber: Data primer 2013
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa penanganan demam pasca- imunisasi DPT pada bayi di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu adalah tepat yaitu 58 orang (61,1 %) dan tidak tepat sebesar 37 orang (38,9 %).
4.    Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu.
Tabel 4
Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT dengan Penanganan Demam Pasca-imunisasi DPT pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu pada bulan September (n=95)
Pengetahuan
Penanganan demam
Total
X2
Nilai signifi-kan
Tepat
Tidak tepat
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Baik
33,0
34,7
  1,0
  1,1
34,0
  35,8
30,197
0,000
Cukup
20,0
21,1
24,0
25,3
44,0
  46,3
Kurang
  5,0
  5,3
12,0
12,6
17,0
  17,9
Total
58,0
61,1
37,0
38,9
95,0
100,0
Sumber: Data primer, 2013
Hasil tabulasi silang pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu, pada Tabel 4 analisis dengan menggunakan Chi-Square diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05 yang berarti p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen.
Nilai Chi-square (X2) hitung 30,197 sedangkan nilai Chi-Square (X2) tabel pada db= 3-1 x 1= 2, pada taraf signifikan 0,05 adalah 5,591, hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu.
PEMBAHASAN
1.    Karakteristik Responden
a.    Umur ibu
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui mayoritas responden penelitian memiliki umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 51 orang. Hal ini menunjukkan dari segi umur ibu di Kelurahan Manumutin Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu rata-rata usia produktif. Usia produktif merupakan usia seorang perempuan masih bisa memiliki keturunan, dan masih bisa berperan aktif dalam kegiatan program kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas, sehingga lebih banyak menerima informasi terutama tentang kesehatan anak dan ibu.
Usia bisa mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin bertambah dan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan semakin baik9.
b.    Pendidikan ibu
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui mayoritas pendidikan terakhir ibu yang memiliki bayi usia 2-11 bulan di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu adalah berpendidikan SMP. Menurut analisis peneliti, pendidikan orang tua khususnya ibu merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula dalam hal pengetahuan tentang imunisasi DPT, sikap dan praktik ibu untuk memberikan imunisasi DPT pada bayi serta dapat memberikan penanganan terhadap efek samping yang muncul pasca-imunisasi DPT.
Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam yang mempengaruhi pengetahuan sesorang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar terjadi perubahan perilaku positif yang baik2. Ibu yang berpendidikan akan membawa anaknya untuk diberikan imunisasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan sedangkan ibu yang tidak bersekolah pada umumnya tidak membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal10.
c.    Jumlah anak yang dimiliki ibu
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh mayoritas jumlah anak yang dimiliki oleh responden di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu adalah sebanyak 2 orang anak. Menurut analisis peneliti,  jumlah anak yang dimiliki ibu lebih dari 1 orang menunjukkan semakin baik pengetahuan dan pengalaman  yang dimiliki ibu tentang imunisasi DPT serta tindakan penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi efek samping yang muncul pasca-imunisasi DPT.
Hal ini sama dengan hasil penelitian10 yang menyimpulkan bahwa ibu dengan jumlah anak dua orang atau diatas dua orang memiliki pengalaman yang baik untuk memberikan imunisasi pada anaknya.
d.    Umur bayi
Berdasarkan hasil penelitian, umur bayi yang dimiliki responden di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu mayoritas berusia 2-4 bulan. Menurut analisis peneliti umur bayi yang dimiliki responden menunjukkan pengetahuan ibu yang baik tentang umur  bayi yang tepat untuk pemberian imunisasi DPT.
Hasil penelitian ini sesuai dengan  teori, imunisasi DPT diberikan mulai bayi umur 2-11 bulan. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada bayi dengan umur kurang dari 2 bulan karena respon bayi terhadap pertusis belum optimal sehingga dapat mengakibatkan anak demam tinggi sampai kejang11.
e.    Status imunisasi DPT bayi
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa bayi dengan status imunisasi DPT 1 sebanyak 36 orang, status imunisasi DPT 2 sebanyak  25 orang dan  status imunisasi DPT 3 sebanyak 34 orang. Menurut analisis peneliti, hal ini menggambarkan status imunisasi DPT 1 lebih mendominasi status imunisasi DPT di Puskesmas Haliwen sesuai dengan mayoritas umur bayi yang dimiliki responden penelitian yaitu usia 2-4 bulan, dan menggambarkan pengetahuan ibu yang baik tentang imunisasi DPT yang akan diperoleh oleh bayi sebanyak tiga kali yang dimulai pada usia bayi 2 bulan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori12 yaitu frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, pemberian kedua dan ketiga akan terbentuk zat anti yang cukup.
2.    Pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu  termasuk dalam kategori cukup. Menurut analisis peneliti hal ini disebabkan karena mayoritas responden memiliki anak lebih dari  1 orang dan  berpendidikan SMP memiliki pengalaman yang cukup tentang imunisasi yang didukung dengan adanya informasi tentang imunisasi DPT melalui penyuluhan di posyandu.
Pengetahuan dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung dari orang lain. Pengalaman adalah guru yang baik, merupakan sumber pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dimasa lalu13. Pendapat tersebut relevan dengan hasil penelitian ini karena mayoritas responden penelitian memiliki anak lebih dari 1 yang menggambarkan responden telah cukup terpapar informasi tentang imunisasi DPT.
3.    Penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu termasuk dalam kategori tepat. Menurut analisis peneliti hal ini sesuai dengan karakteristik responden yang ada, mayoritas responden berpendidikan SMP dan memiliki anak lebih dari 1 orang yang menggambarkan responden sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang penanganan demam sebagai efek samping dari pemberian imunisasi DPT yang diperoleh dari penyuluhan di posyandu.
Pengetahuan secara garis besar dibagi dalam enam tingkatan, salah satunya adalah aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui pada situasi bayi mengalami demam pasca-imunisasi DPT ibu bisa memberikan penanganan demam dengan tepat sesuai dengan pengalaman yang diperoleh saat anak yang terdahulu mengalami demam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi menjadi dua yaitu faktor dalam dan faktor luar9. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan dari luar adalah pengalaman dan penyuluhan, pengalaman memberikan penanganan demam pada bayi pasca imunisasi DPT yang dialami anak terdahulu dan penyuluhan tentang imunisasi DPT dan penanganan efek samping imunisasi DPT yang diperoleh dari petugas kesehatan di posyandu. Pendapat tersebut relevan dengan hasil penelitian ini, aplikasi yang dilakukan oleh ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen adalah penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi berupa mengganti baju dan selimut yang tebal dengan yang tipis saat bayi demam serta tetap memberikan bayi ASI atau lebih dari biasanya.
4.    Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu.
Hasil korelasi antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi dengan menggunakan uji Chi-Square, didapatkan nilai Chi-Square hitung sebesar 30,197 dan nilai signifikan 0,000 dengan db 2 dan derajat kepercayaan sebesar 5% didapatkan nilai Chi-Square tabel sebesar 5,991. Nilai Chi-square hitung > nilai Chi-Square tabel atau 30,197 > 5,991, maka Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi.
Menurut analisis peneliti, responden dalam penelitian ini  mayoritas memiliki anak lebih dari 1 dan berusia 26-30 tahun merupakan usia produktif, pada rentang usia ini seseorang masih bisa berperan aktif dalam mencari dan mempelajari ilmu pengetahuan baik melalui pendidikan formal maupun informal seperti melalui penyuluhan di posyandu. Seseorang yang tergolong usia produktif, pola pikir dan daya tangkapnya masih bisa berkembang dengan baik, sehingga informasi yang diterimanya di posyandu tentang imunisasi DPT dan penanganan efek samping seperti demam pasca-imunisasi dapat dipahami dengan baik sehingga di aplikasikan atau dapat diterapkan dengan baik saat mengalamai situasi anaknya demam pasca-imunisasi DPT.
Pengetahuan ibu yang baik tentang imunisasi DPT mulai dari pengertian, manfaat dan tujuan pemberian imunisasi DPT, tempat dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul pada bayi pasca-imunisasi DPT akan sangat mempengaruhi tindakan yang diambil ibu untuk menangani demam yang dialami bayinya setelah imunisasi DPT. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan pengetahuan itu dapat diperoleh dari pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang atau dipelajari dari orang lain disekitarnya13. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang pernah dihadapi seperti penanganan demam pasca-imunisasi pada bayi.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya14, dalam penelitiannya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penerapan imunisasi pada bayi usia 0-9 bulan di Puskesmas Gamping II Yogyakarta dengan hasil uji analisis Chi-Square didapatkan hasil p 0,030 dimana nilai batas signifikansi 0,05 sehingga penelitian tersebut membuktikan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan penerapan imunisasi pada bayi usia 0-9 bulan. Hasil penelitian sebelumnya14 menggambarkan bahwa hubungan individu dengan lingkungan sosial saling mempengaruhi dalam interaksi perilaku kesehatan. Salah satu penyebab interaksi tersebut adalah kebiasaan tiap keluarga menghadapi masalah kesehatan seperti anak sebelumnya mendapatkan imunisasi dan ibu merasakan manfaatnya sangat besar terhadap kesehatan anak maka anak selanjutnya akan diimunisasi pula.
KESIMPULAN
1.    Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu.
2.    Ibu-ibu di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu mayoritas berusia 26-30 tahun sebanyak 53,7%, dengan pendidikan SMP sebanyak 33,7%, jumlah anak yang dimiliki responden 2 orang sebanyak 34,7%, mayoritas bayi berumur 2-4 bulan sebanyak 79%, dan status imunisasi DPT 1 sebanyak 37,9%, DPT 2 sebanyak 26,3 %, DPT 3 sebanyak 35,8%.
3.    Ibu-ibu di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu mempunyai pengetahuan tentang imunisasi DPT termasuk kategori cukup yaitu sebesar 46,3%.
4.    Penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu yang dilakukan ibu-ibu di posyandu termasuk dalam kategori tepat yaitu sebesar 61,1%.


SARAN
1.    Perawat di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi DPT pada bayi terutama tentang penanganan efek samping yang timbul setelah imunisasi DPT seperti demam dan bengkak pada bekas suntikan di tingkat posyandu dan puskesmas.
2.    Kader posyandu di Kelurahan Manumutin, Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu, agar dapat membagikan pengalaman kepada calon ibu atau ibu yang belum mempunyai pengalaman tentang penanganan demam pasca-imunisasi DPT.
3.    Peneliti selanjutnya agar mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan penanganan demam pasca-imunisasi DPT.
UCAPAN TERIMA KASIH
1.     Prof. dr. Supomo Sukarkono, Sp.T.H.T. K. L. (K.), selaku Ketua STIKES Wira Husada Yogyakarta atas izin penelitian yang telah diberikan.
2.     Patria Asda, S.Kep., Ns., M.P.H., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) yang telah memberi masukan dan izin penelitian.
3.     Ns. Sulistiyawati, M.Kep., Sp.Kep. An., selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membantu, memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi  ini dengan baik.
4.     Anida, S.Kep., Ns., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.
5.     Nunuk Sri Purwanti, S.Kp., M.Kes., selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
6.     drg. Febiana M. Seran, selaku kepala Puskesmas Haliwen yang telah memberikan izin penelitian.
7.     Andryana D. Sama Lelo, selaku pengelola program imunisasi Puskesmas Haliwen yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.
8.     Responden penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu
9.     Gabriel Tisel dan Felisitas Klau, selaku ayah dan ibu tersayang yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa bagi penulis.
10.  Stefanus Tisel, Alexander dan Felisitas, adik-adik tersayang yang selalu membantu penulis berupa administrasi dan transportasi selama penyusunan skripsi ini.
11.  Jita Badu, Novi, Yulie, Jodi dan Isna yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
RUJUKAN
1.    UNDP. (2008). Millenium development goals (online) diakses tanggal 20 juni 2013. Diperoleh dari http://www.undp.or.id/pubs/docs.pdf
2.    WHO, & UNICEF, (2012). Immunization summary: a statistical reference containing data through 2011. New York: UNICEF
3.    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI.
4.    Proverawati, A. & Andhini, C.S.D. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
5.    Riyadi, S & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
6.    Depkes RI. (2008). Buku Panduan MTBS. Jakarta:  Depkes RI.
7.    Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
8.    Notoatmodjo, S.  (2005).  Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
9.    Azwar, S. (2008). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar.
10. Sandiarta, F.D. (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Efek Samping DPT dengan Ketepatan Imunisasi Ulang DPT di Desa Kranjankulon Wilayah Puskesmas Kaliwungu. Skripsi. STIKES Telogorejo: Semarang, diakses tanggal 25 Mei 2013 diunduh dari ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/.../88/115
11. Wong,D.L., Hockenberry, M., David, W., Winkelstein, M. l., & Schwartz, P. (2008). Buka Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa; Agus, S., Neti .J. Editor bahasa Indonesia: Egi K.Y. ed.6. Jakarta: EGC.
12. Hidayat. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
13. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
14. Quary, M.D. (2008). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Penerapan Imunisasi pada Bayi Usia 0-9 bulan di Puskesmas Gamping II Yogyakarta. Skripsi: tidak diterbitkan. Yogyakarta:  STIKES Wira Husada.