NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI
DPT DENGAN PENANGANAN DEMAM PASCA-IMUNISASI
DPT PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALIWEN KABUPATEN BELU
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh
YULMIRA
MARIA TISEL
KP.P.12.00066
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2014
|
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DPT DENGAN
PENANGANAN DEMAM PASCA-IMUNISASI DPT PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
HALIWEN KABUPATEN BELU
Disusun
oleh:
Yulmira Maria Tisel
KP.P.12.00066
Telah dipertahankan di depan Dewan
Penguji pada tanggal 13 Februari 2014
Penguji
I
Ns, Sulistyawati,
M.Kep., Sp.Kep.An.
Penguji II
Anida, S.Kep., Ns.
Penguji III
Nunuk Sri Purwanti,
S.Kp., M.Kes.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan S-1
Patria
Asda, S.Kep., Ns., M.P.H.
THE RELATIONSHIP BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE ABOUT IMMUNIZATION
DPT WITH HANDLING FEVER ON INFANT POST IMMUNIZATION DPT IN WORK AREA COMMUNITY HEALTH
CENTERS of HALIWEN, BELU DISTRICT
Yulmira M. Tisel 1, Sulistiyawati 2, Anida 3
ABSTRACT
Background: One of the Millenium
Development Goal’s is to reduce infant mortality and under-five mortality by
immunization. One type of immunization that may be given to infants aged 2-11
months is a DPT immunization. East Nusa Tenggara province in 2011 based health
profile data there are some diseases that can be prevented by immunization
including 2 cases of tetanus, and measles were 169 cases. DPT immunization in
infants may occur side effects such as fever.
Objective: To determine the
relationship between mothers' knowledge of DPT immunization with the handling
of fever post DPT immunization in infants in the community health centers of
Haliwen Belu.
Methods: This study was
conducted in the village health center Manumutin Haliwen Belu against 95
respondents with proportionate stratified random sampling technique, the
cross-sectional approach. Bivariate correlation analysis using Chi-Square test.
Results: Results showed
mothers' knowledge of DPT immunization in enough categories 46.3%. Handling
fever post DPT immunization in infants showed 61.1% in the right category.
Results of statistical tests known value of X2
count of 30.197 with a significance value of 0.000.
Conclusion: There is significant correlation between mothers' knowledge of DPT immunization with fever post DPT handling at the community health centers of Haliwen, Belu distric.
Conclusion: There is significant correlation between mothers' knowledge of DPT immunization with fever post DPT handling at the community health centers of Haliwen, Belu distric.
Keywords: maternal knowledge, handling of fever post DPT immunization.
1Students Nursing Science Program High School of Science
Health Wira Husada Yogyakarta
2Lecturer College of Health Sciences Bethesda Yakkum
Yogyakarta
3Lecturer
College of Health Sciences Wira Husada Yogyakarta
PENDAHULUAN
Pembangunan
milenium atau Millenium Development Goals
(MDGs) mempunyai delapan tujuan,
salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi dan kematian balita. Salah
satu cara yang ditempuh untuk dapat mencapai tujuan MDGs tersebut adalah
dengan pemberian imunisasi1.
Imunisasi merupakan salah satu kegiatan
yang mendapatkan prioritas dalam sistem kesehatan nasional yang bertujuan untuk
melindungi bayi dan balita dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) seperti tuberculosis (TBC),
difteri, pertusis, tetanus dan campak.
Jumlah
kasus difteri di dunia pada tahun 2012 sebanyak 4.480 kasus, tetanus 4.412
kasus dan pertusis sebanyak 162.047 kasus. Persentase cakupan imunisasi DPT 1
di indonesia pada tahun 2012 sebesar 86% sedangkan cakupan DPT 3 sebesar 63%2.
Persentase imunisasi di Indonesia berdasarkan jenis imunisasi dari yang
tertinggi sampai yang terendah yaitu BCG 77,9%, campak 74,4%, polio 4, 66,7%,
dan DPT-HB 3, 61,9%. Indonesia pada tahun 2012, ditemukan jumlah kasus difteri 189 kasus, tetanus 158
kasus dan kasus pertusis tidak ada3.
Pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan cakupan
imunisasi. Pengetahuan adalah hasil tahu dari pengamatan indera yang dimiliki
oleh seseorang terhadap objek tertentu secara terus-menerus. Pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi DPT untuk memberikan kekebalan pada anak terhadap penyakit
difteri, pertusis dan
tetanus yang baik atau
cukup meliputi Imunisasi DPT mulai diberikan
pada bayi usia 2 bulan dengan penyuntikan pada daerah paha atau lengan atas,
serta penanganan efek samping setelah imunisasi seperti pemberian kompres
hangat pada anak yang demam dan memberikan pakaian yang tipis akan sangat
mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan imunisasi DPT pada anaknya dan
mempengaruhi tindakan ibu untuk mengatasi demam pasca-imunisasi yang timbul. Pengetahuan ibu yang kurang tentang
imunisasi dan vaksinasi seperti anak yang sakit flu tidak boleh diberikan
imunisasi, kepercayaan atau anggapan yang salah tentang imunisasi seperti tidak
boleh memberikan ASI setelah imunisasi, sesudah imunisasi anak tidak akan
tertular penyakit tersebut menjadi faktor ketidaktepatan pemberian imunisasi
sesuai jadwalnya4.
Pemberian
imunisasi DPT dimaksudkan agar dapat memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT terdiri dari
toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid yang terlebih dahulu
dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya jika disuntikan ke dalam
tubuh manusia5. Efek samping imunisasi adalah gejala yang sering
menyertai imunisasi, pemberian imunisasi DPT menimbulkan efek samping ringan
seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan serta demam.
Efek samping berat bayi menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih 4
jam, kesadaran menurun, terjadi kejang dan syok4.
Penanganan yang tepat pada bayi atau anak yang
mengalami demam pasca-imunisasi DPT
adalah memberikan pakaian yang tipis, tetap memberikan minum lebih banyak bila masih mendapatkan air susu ibu (ASI)
berikan ASI lebih sering, bekas suntikan yang sakit dan bengkak dapat diberikan kompres hangat dan memberikan
paracetamol 15mg/KgBB setiap 3-4
jam maksimal 6 kali dalam 24 jam. Penanganan demam pasca-imunisasi yang tidak tepat akan mengakibatkan bayi mengalami
demam yang lebih lama dan ketakutan pada
orang tua untuk melanjutkan pemberian imunisasi DPT ulangan yang dapat
berakibat anak rentan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Secara
tidak langsung akan menyebabkan ketidak lengkapan pemberian imunisasi pada bayi
serta tidak tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi6.
Hasil wawancara dengan ibu-ibu yang memiliki
bayi di Kelurahan Manumutin 125 bayi
dari 448 bayi yang telah mendapatkan imunisasi DPT terdapat 21 bayi
(16,8%) yang mengalami demam setelah
imunisasi, 10 orang ibu (47,6%) mengatakan untuk menurunkan bengkak pada bekas
suntikan imunisasi diberikan kunyahan daun-daun/buah sirih, 8 orang ibu (38,1%) mengatakan anaknya yang demam tidak dimandikan
dan dipakaikan selimut dan jaket serta tidak dibawa keluar dari rumah, 3 orang
ibu (14,3%) mengatakan tidak melakukan apa-apa untuk munurunkan demam anaknya. Dari
21 bayi yang demam, 8 orang ibu (38%) yang menolak untuk memberikan
imunisasi ulangan pada bayinya di bulan berikutnya karena ibu takut bayinya
demam lagi, sedangkan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri,
pertusis dan tetanus bayi memerlukan imunisasi DPT sebanyak 3 kali. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk
menganalisis lebih lanjut hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan
penanganan demam pasca-imunisasi DPT
pada bayi di puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini
kuantitatif dengan rancangan observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian
observasional analitik adalah melakukan pengamatan langsung kepada responden
dengan melakukan penyebaran kuesioner untuk dianalisis7. Pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian
di mana variabel-pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dan variabel penanganan
demam pasca-imunisasi DPT pada bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu diamati sekaligus pada waktu
yang bersamaan8.
Hasil
Penelitian
1. Karakteristik
responden
Tabel
1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu pada
Bulan September 2013, (n=95)
No
|
Karakteristik
|
F
|
%
|
1
|
Umur
|
||
|
< 20
tahun
|
4,0
|
4,2
|
|
20-25
tahun
|
34,0
|
35,8
|
|
26-30
tahun
|
51,0
|
53,7
|
|
>30 tahun
|
6,0
|
6,3
|
2
|
Pendidikan
|
||
|
Tidak
Sekolah
|
0,0
|
0,0
|
|
SD
|
31,0
|
32,6
|
|
SMP
|
32,0
|
33,7
|
|
SMA
|
26,0
|
27,4
|
|
DIPLOMA
|
6,0
|
6,3
|
|
Total
|
95,0
|
100,0
|
Lanjutan Tabel 1
No
|
Karakteristik
|
F
|
%
|
3
|
Jumlah anak yang dimiliki
|
||
|
1 orang
|
26,0
|
27,4
|
|
2 orang
|
33,0
|
34,7
|
|
3 orang
|
20,0
|
21,1
|
|
>4 orang
|
16,0
|
16,8
|
4
|
Umur bayi yang dimiliki
|
||
|
2-4 bulan
|
75,0
|
79,0
|
|
5-7 bulan
|
20,0
|
21,0
|
|
8-10 bulan
|
0,0
|
0,0
|
|
>11 bulan
|
0,0
|
0,0
|
5
|
Status
Imunisasi DPT
|
||
|
DPT
1
|
36,0
|
37,9
|
|
DPT
2
|
25,0
|
26,3
|
|
DPT
3
|
34,0
|
35,8
|
Total
|
95,0
|
100,0
|
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
bahwa karakteristik responden memiliki umur antara 26-30 tahun yaitu sebanyak
51 orang (53,7%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan diperoleh
hasil yaitu sebanyak 32 orang (33,7%) memiliki pendidikan SMP. Karakteristik
responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki ibu diperoleh hasil mayoritas
responden memiliki anak sebanyak 2 orang yaitu 33 responden (34,7%). Untuk
karakteristik umur bayi yang dimiliki responden diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki bayi berumur 2-4 bulan sebanyak 75 orang (79%). Karaktersitik
responden berdasarkan status imunisasi DPT bayi diperoleh hasil sebagian besar
responden memiliki bayi dengan status imunisasi DPT 1 sebanyak 36 orang
(37,9%).
2. Pengetahuan
ibu tentang imunisasi DPT
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT di Wilayah Kerja Puskesmas
Haliwen, Kabupaten Belu pada Bulan September 2013, (n=95)
Pengetahuan
|
F
|
%
|
Baik
Cukup
Kurang
|
34,0
44,0
17,0
|
35,8
46,3
17,9
|
Total
|
95,0
|
100,0
|
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT termasuk kategori cukup yaitu
sebesar 44 orang (46,3%), kategori baik sebesar 34 orang (35,8%) dan kategori
kurang 17 orang (17,9%).
3. Penanganan
demam pasca-imunisasi DPT
Tabel 3
Distribusi
Frekuensi Penanganan Demam Pasca-imunisasi
DPT pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Haliwen, Kabupaten Belu pada Bulan September 2013 (n=95)
Penanganan Demam
|
f
|
%
|
Tepat
Tidak
tepat
|
58,0
37,0
|
61,1
38,9
|
Jumlah
|
95,0
|
100,0
|
Sumber: Data primer 2013
Berdasarkan Tabel 3,
diketahui bahwa penanganan demam pasca-
imunisasi DPT pada bayi di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu adalah tepat yaitu 58 orang (61,1 %) dan tidak tepat
sebesar 37 orang (38,9 %).
4. Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan
penanganan demam pasca-imunisasi DPT
pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu.
Tabel 4
Distribusi
Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT dengan Penanganan Demam Pasca-imunisasi DPT pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu pada bulan September (n=95)
Pengetahuan
|
Penanganan
demam
|
Total
|
X2
|
Nilai
signifi-kan
|
||||
Tepat
|
Tidak tepat
|
|||||||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
|||
Baik
|
33,0
|
34,7
|
1,0
|
1,1
|
34,0
|
35,8
|
30,197
|
0,000
|
Cukup
|
20,0
|
21,1
|
24,0
|
25,3
|
44,0
|
46,3
|
||
Kurang
|
5,0
|
5,3
|
12,0
|
12,6
|
17,0
|
17,9
|
||
Total
|
58,0
|
61,1
|
37,0
|
38,9
|
95,0
|
100,0
|
Sumber:
Data primer, 2013
Hasil tabulasi silang
pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan
penanganan demam pasca-imunisasi DPT
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu, pada Tabel 4 analisis dengan menggunakan Chi-Square diperoleh nilai signifikan
0,000 < 0,05 yang berarti p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT
dengan penanganan demam pasca-imunisasi
DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen.
Nilai Chi-square (X2)
hitung 30,197 sedangkan nilai Chi-Square (X2) tabel pada db= 3-1 x 1=
2, pada taraf signifikan 0,05 adalah 5,591, hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu.
PEMBAHASAN
1. Karakteristik
Responden
a. Umur ibu
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui mayoritas
responden penelitian memiliki umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 51 orang. Hal ini
menunjukkan dari segi umur ibu di Kelurahan Manumutin Puskesmas Haliwen
Kabupaten Belu rata-rata usia produktif. Usia produktif merupakan usia seorang
perempuan masih bisa memiliki keturunan, dan masih bisa berperan aktif dalam
kegiatan program kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas, sehingga lebih banyak
menerima informasi terutama tentang kesehatan anak dan ibu.
Usia bisa mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang, semakin bertambah usia akan semakin bertambah dan berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan
semakin baik9.
b. Pendidikan
ibu
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui mayoritas
pendidikan terakhir ibu yang memiliki bayi usia 2-11 bulan di Puskesmas Haliwen
Kabupaten Belu adalah berpendidikan SMP. Menurut analisis peneliti, pendidikan
orang tua khususnya ibu merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula dalam hal pengetahuan
tentang imunisasi DPT, sikap dan praktik ibu untuk memberikan imunisasi DPT
pada bayi serta dapat memberikan penanganan terhadap efek samping yang muncul pasca-imunisasi DPT.
Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam
yang mempengaruhi pengetahuan sesorang. Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar terjadi perubahan perilaku positif yang baik2. Ibu
yang berpendidikan akan membawa anaknya untuk diberikan imunisasi sesuai dengan
jadwal yang ditentukan sedangkan ibu yang tidak bersekolah pada umumnya tidak
membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal10.
c. Jumlah
anak yang dimiliki ibu
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh mayoritas jumlah
anak yang dimiliki oleh responden di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu adalah
sebanyak 2 orang anak. Menurut analisis peneliti, jumlah anak yang dimiliki ibu lebih dari 1
orang menunjukkan semakin baik pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki ibu tentang imunisasi DPT serta
tindakan penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi efek samping yang
muncul pasca-imunisasi DPT.
Hal ini sama dengan hasil penelitian10 yang
menyimpulkan bahwa ibu dengan jumlah anak dua orang atau diatas dua orang
memiliki pengalaman yang baik untuk memberikan imunisasi pada anaknya.
d. Umur bayi
Berdasarkan hasil penelitian, umur bayi yang dimiliki
responden di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu mayoritas berusia 2-4 bulan.
Menurut analisis peneliti umur bayi yang dimiliki responden menunjukkan
pengetahuan ibu yang baik tentang umur
bayi yang tepat untuk pemberian imunisasi DPT.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, imunisasi DPT diberikan mulai bayi
umur 2-11 bulan. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada bayi dengan umur
kurang dari 2 bulan karena respon bayi terhadap pertusis belum optimal sehingga
dapat mengakibatkan anak demam tinggi sampai kejang11.
e. Status
imunisasi DPT bayi
Berdasarkan
hasil penelitian, diketahui bahwa bayi dengan status imunisasi DPT 1 sebanyak 36 orang, status imunisasi DPT 2 sebanyak 25 orang dan
status imunisasi DPT 3 sebanyak 34 orang. Menurut analisis peneliti,
hal ini menggambarkan status imunisasi DPT 1 lebih mendominasi status imunisasi
DPT di Puskesmas Haliwen sesuai dengan mayoritas umur bayi yang dimiliki
responden penelitian yaitu usia 2-4 bulan, dan menggambarkan pengetahuan ibu
yang baik tentang imunisasi DPT yang akan diperoleh oleh bayi sebanyak tiga
kali yang dimulai pada usia bayi 2 bulan.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori12 yaitu frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali dengan maksud
pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit terhadap
vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, pemberian kedua dan
ketiga akan terbentuk zat anti yang cukup.
2. Pengetahuan
ibu tentang imunisasi DPT
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengetahuan ibu
tentang imunisasi DPT di Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu termasuk dalam kategori cukup. Menurut
analisis peneliti hal ini disebabkan karena mayoritas responden memiliki anak
lebih dari 1 orang dan berpendidikan SMP memiliki pengalaman yang
cukup tentang imunisasi yang didukung dengan adanya informasi tentang imunisasi
DPT melalui penyuluhan di posyandu.
Pengetahuan
dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung
dari orang lain. Pengalaman adalah guru yang baik, merupakan sumber pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dimasa lalu13.
Pendapat tersebut relevan dengan hasil penelitian ini karena mayoritas
responden penelitian memiliki anak lebih dari 1 yang menggambarkan responden
telah cukup terpapar informasi tentang imunisasi DPT.
3. Penanganan
demam pasca-imunisasi DPT pada bayi
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
penanganan demam pasca-imunisasi DPT
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu termasuk dalam
kategori tepat. Menurut analisis peneliti
hal ini sesuai dengan karakteristik responden yang ada, mayoritas responden
berpendidikan SMP dan memiliki anak lebih dari 1 orang yang menggambarkan
responden sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang
penanganan demam sebagai efek samping dari pemberian imunisasi DPT yang
diperoleh dari penyuluhan di posyandu.
Pengetahuan secara garis besar dibagi dalam
enam tingkatan, salah satunya adalah aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan
atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui pada situasi bayi mengalami
demam pasca-imunisasi DPT ibu bisa
memberikan penanganan demam dengan tepat
sesuai dengan pengalaman yang diperoleh saat anak yang terdahulu mengalami
demam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi menjadi dua yaitu
faktor dalam dan faktor luar9. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
dari luar adalah pengalaman dan penyuluhan, pengalaman memberikan penanganan
demam pada bayi pasca imunisasi DPT yang dialami anak terdahulu dan penyuluhan
tentang imunisasi DPT dan penanganan efek samping imunisasi DPT yang diperoleh
dari petugas kesehatan di posyandu. Pendapat tersebut relevan dengan hasil
penelitian ini, aplikasi yang dilakukan oleh ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Haliwen adalah penanganan demam pasca-imunisasi
DPT pada bayi berupa mengganti baju dan selimut yang tebal dengan yang tipis
saat bayi demam serta tetap memberikan bayi ASI atau lebih dari biasanya.
4. Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan
penanganan demam pasca-imunisasi DPT
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu.
Hasil korelasi antara pengetahuan ibu tentang
imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi
DPT pada bayi dengan menggunakan uji Chi-Square,
didapatkan nilai Chi-Square hitung sebesar 30,197 dan nilai
signifikan 0,000 dengan db 2 dan derajat kepercayaan sebesar 5%
didapatkan nilai Chi-Square tabel sebesar 5,991. Nilai Chi-square hitung > nilai Chi-Square tabel atau 30,197 > 5,991,
maka Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi.
Menurut analisis peneliti, responden dalam
penelitian ini mayoritas memiliki anak
lebih dari 1 dan berusia 26-30 tahun merupakan usia produktif, pada rentang
usia ini seseorang masih bisa berperan aktif dalam mencari dan mempelajari ilmu pengetahuan baik melalui
pendidikan formal maupun informal seperti melalui penyuluhan di posyandu.
Seseorang yang tergolong usia produktif, pola pikir dan daya tangkapnya masih
bisa berkembang dengan baik, sehingga informasi yang diterimanya di posyandu
tentang imunisasi DPT dan penanganan efek samping seperti demam pasca-imunisasi dapat dipahami dengan
baik sehingga di aplikasikan atau dapat diterapkan dengan baik saat mengalamai
situasi anaknya demam pasca-imunisasi
DPT.
Pengetahuan ibu yang baik tentang imunisasi
DPT mulai dari pengertian, manfaat dan tujuan pemberian imunisasi DPT, tempat
dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul pada bayi pasca-imunisasi DPT akan sangat
mempengaruhi tindakan yang diambil ibu untuk menangani demam yang dialami
bayinya setelah imunisasi DPT. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya
dan pengetahuan itu dapat diperoleh dari pendidikan dan pengalaman yang
dimiliki oleh seseorang atau dipelajari dari
orang lain disekitarnya13. Pengalaman pribadi dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang pernah dihadapi seperti penanganan demam pasca-imunisasi pada bayi.
Hasil penelitian ini relevan dengan
penelitian sebelumnya14, dalam penelitiannya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penerapan imunisasi
pada bayi usia 0-9 bulan di Puskesmas Gamping II Yogyakarta dengan hasil uji
analisis Chi-Square didapatkan hasil
p 0,030 dimana nilai batas signifikansi 0,05 sehingga penelitian tersebut membuktikan ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dan penerapan imunisasi pada bayi usia 0-9 bulan. Hasil penelitian sebelumnya14 menggambarkan
bahwa hubungan individu dengan lingkungan sosial saling mempengaruhi dalam
interaksi perilaku kesehatan. Salah satu penyebab interaksi tersebut adalah
kebiasaan tiap keluarga menghadapi masalah kesehatan seperti anak
sebelumnya mendapatkan imunisasi dan ibu merasakan manfaatnya sangat besar
terhadap kesehatan anak maka anak selanjutnya akan diimunisasi pula.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dengan penanganan demam pasca-imunisasi DPT pada bayi di wilayah
kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu.
2. Ibu-ibu di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen
Kabupaten Belu mayoritas berusia 26-30 tahun sebanyak 53,7%, dengan pendidikan
SMP sebanyak 33,7%, jumlah anak yang dimiliki responden 2 orang sebanyak 34,7%,
mayoritas bayi berumur 2-4 bulan sebanyak 79%, dan status imunisasi DPT 1
sebanyak 37,9%, DPT 2 sebanyak 26,3 %, DPT 3 sebanyak 35,8%.
3. Ibu-ibu di posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen
Kabupaten Belu mempunyai pengetahuan tentang imunisasi DPT termasuk kategori
cukup yaitu sebesar 46,3%.
4. Penanganan demam pasca-imunisasi
DPT pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu yang dilakukan
ibu-ibu di posyandu termasuk dalam kategori tepat yaitu sebesar 61,1%.
SARAN
1. Perawat di Puskesmas Haliwen
Kabupaten Belu agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi DPT pada bayi
terutama tentang penanganan efek samping yang timbul setelah imunisasi
DPT seperti demam dan bengkak pada bekas suntikan di tingkat posyandu dan
puskesmas.
2. Kader posyandu di
Kelurahan Manumutin, Puskesmas Haliwen, Kabupaten Belu, agar dapat membagikan pengalaman kepada calon ibu atau
ibu yang belum mempunyai pengalaman tentang penanganan demam pasca-imunisasi DPT.
3. Peneliti selanjutnya agar
mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan penanganan demam pasca-imunisasi DPT.
UCAPAN TERIMA KASIH
1.
Prof.
dr. Supomo Sukarkono, Sp.T.H.T. K. L. (K.), selaku Ketua STIKES Wira Husada Yogyakarta
atas izin penelitian yang telah diberikan.
2.
Patria
Asda, S.Kep., Ns., M.P.H., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) yang
telah memberi masukan dan izin penelitian.
3.
Ns.
Sulistiyawati, M.Kep., Sp.Kep. An., selaku dosen pembimbing utama yang telah
banyak membantu, memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4.
Anida,
S.Kep., Ns., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak membantu
dalam penyempurnaan skripsi ini.
5.
Nunuk
Sri Purwanti, S.Kp., M.Kes., selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam
perbaikan skripsi ini.
6. drg. Febiana M. Seran, selaku kepala Puskesmas Haliwen
yang telah memberikan izin penelitian.
7. Andryana D. Sama Lelo, selaku
pengelola program imunisasi Puskesmas Haliwen yang telah membantu selama proses
penelitian berlangsung.
8.
Responden
penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Haliwen Kabupaten Belu
9.
Gabriel
Tisel dan Felisitas Klau, selaku ayah dan ibu tersayang yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan doa bagi penulis.
10. Stefanus Tisel, Alexander dan
Felisitas, adik-adik tersayang yang selalu membantu penulis berupa administrasi
dan transportasi selama penyusunan skripsi ini.
11. Jita Badu, Novi, Yulie, Jodi dan Isna yang selalu
membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
RUJUKAN
1. UNDP.
(2008). Millenium development goals
(online) diakses tanggal 20 juni 2013. Diperoleh dari http://www.undp.or.id/pubs/docs.pdf
2. WHO,
& UNICEF, (2012). Immunization
summary: a statistical reference containing data through 2011. New York:
UNICEF
3. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI.
4. Proverawati,
A. & Andhini, C.S.D. (2010). Imunisasi
dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
5. Riyadi,
S & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan
pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
6. Depkes
RI. (2008). Buku Panduan MTBS.
Jakarta: Depkes RI.
7. Arikunto,
S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
8. Notoatmodjo, S.
(2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
9. Azwar, S.
(2008). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.
Jakarta: Pustaka Pelajar.
10.
Sandiarta,
F.D. (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu tentang Efek Samping DPT dengan Ketepatan Imunisasi Ulang DPT di Desa Kranjankulon
Wilayah Puskesmas Kaliwungu. Skripsi. STIKES Telogorejo: Semarang, diakses
tanggal 25 Mei 2013 diunduh dari ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/.../88/115
11. Wong,D.L.,
Hockenberry, M., David, W., Winkelstein, M. l., & Schwartz, P. (2008). Buka Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih
bahasa; Agus, S., Neti .J. Editor bahasa Indonesia: Egi K.Y. ed.6. Jakarta: EGC.
12.
Hidayat.
(2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku
1. Jakarta: Salemba Medika.
13.
Notoatmodjo,
S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
14. Quary,
M.D. (2008). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Ibu dengan Penerapan Imunisasi pada Bayi Usia 0-9 bulan di Puskesmas Gamping II
Yogyakarta. Skripsi: tidak diterbitkan. Yogyakarta: STIKES Wira Husada.